Pemda DIY Ubah Tradisi, Kamis Pon Kini Hari Berpakaian Adat Jawa
Berbagi Karya - AI: © 2024 yogyakarta.kompas.com. Gambar ini menunjukkan seorang pria yang sedang berdiri di depan sebuah pintu. Pria tersebut mengenakan kemeja batik berwarna ungu dengan motif hijau dan biru. Dia memakai kacamata dan ada lencana identitas yang tergantung di lehernya. Di belakangnya, terdapat pintu berwarna krem dengan jendela kaca di sebelah kiri dan sebuah poster atau kertas yang ditempel di pintu sebelah kanan. Poster tersebut memiliki tulisan "Scan Disini" dan terdapat kode QR di bawahnya. Di bagian bawah gambar, terlihat tangan seseorang yang sedang memegang ponsel, seolah-olah sedang merekam atau mengambil foto pria tersebut. Di dalam ruangan di belakang pria tersebut, terlihat meja dan kursi berwarna biru.

Pemda DIY Ubah Tradisi, Kamis Pon Kini Hari Berpakaian Adat Jawa

Yogyakarta, 2024 – Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) mengumumkan perubahan hari wajib pemakaian adat Jawa dari Kamis Pahing menjadi Kamis Pon. Kebijakan ini bertujuan memperingati Hari Jadi DIY dan memperkuat identitas budaya Yogyakarta.

Sejarah Hari Jadi DIY

Hari Jadi DIY diperingati setiap tanggal 13 Maret, menandai berdirinya Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat dan Kadipaten Pakualaman pada tahun 1755.

Pemerintah DIY menganggap perubahan ini sebagai cara untuk mengingatkan masyarakat akan pentingnya hari tersebut dan memperkokoh kesadaran sejarah serta budaya.

Tujuan dan Harapan

Menurut Kepala Dinas Kebudayaan DIY, perubahan ini bertujuan meningkatkan rasa persatuan dan kesatuan di kalangan masyarakat. “Dengan mengenakan pakaian adat setiap Kamis Pon, kami berharap masyarakat lebih menghargai nilai-nilai luhur budaya Jawa dan merasa bangga akan warisan budaya yang dimiliki,”

Ujar nya.

di Lapangan Perubahan ini mulai diterapkan awal tahun 2024 dan mendapat sambutan positif dari berbagai kalangan. Pegawai negeri sipil, siswa-siswi, dan karyawan di sektor swasta turut serta dalam mengenakan pakaian adat setiap Kamis Po.n

Busana yang dikenakan meliputi surjan, kebaya, beskap, dan jarik, lengkap dengan aksesori seperti blangkon dan stagen.

Respons Masyarakat

Masyarakat Yogyakarta merespons positif perubahan ini. Yuniar, seorang warga Yogyakarta, mengatakan, “Kami senang dengan perubahan ini karena memberikan makna lebih dalam pada Kamis Pon dan membuat kami lebih menghargai budaya kami.”

Selain itu, banyak masyarakat yang merasa terbantu dengan adanya kebijakan ini dalam memahami dan menghargai nilai-nilai budaya yang diwariskan oleh leluhur.

Manfaat Ekonomi

Kebijakan ini juga berdampak positif pada sektor ekonomi lokal. Pengrajin dan penjual pakaian adat mengalami peningkatan permintaan.

Hal ini mendorong pertumbuhan ekonomi kreatif di Yogyakarta dan membantu meningkatkan kesejahteraan para pengrajin lokal.

Tantangan dan Solusi

Meski banyak manfaat yang dirasakan, beberapa tantangan juga muncul dalam pelaksanaan kebijakan ini. Salah satunya adalah kesadaran masyarakat yang perlu ditingkatkan.

Pemerintah DIY berkomitmen untuk terus melakukan sosialisasi dan edukasi mengenai pentingnya mengenakan pakaian adat setiap Kamis Pon.”

Kami akan terus mengadakan kegiatan dan program edukatif untuk masyarakat agar lebih memahami dan menghargai makna dari kebijakan ini,” kata Kepala Dinas Kebudayaan DIY.

Kesimpulan

Perubahan hari pemakaian adat Jawa dari Kamis Pahing menjadi Kamis Pon adalah langkah strategis yang diambil oleh Pemerintah DIY untuk memperingati Hari Jadi DIY dan menumbuhkan rasa persatuan serta kesatuan di kalangan masyarakat.

Dengan berbagai manfaat yang dirasakan, kebijakan ini diharapkan dapat terus dilestarikan dan menjadi warisan budaya yang dihormati oleh generasi mendatang.

Comments

No comments yet. Why don’t you start the discussion?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *